Rendang Belut, Rendang 40 Daun Khas Tanah Datar
Rendang Belut (https://food.detik.com/) |
(10 Mei 2021)
Biasalah…
Ngabuburit di masa pandemi ini seringkali kuisi hanya
dengan menonton siaran televisi sambil sesekali mengecek notifikasi di handphone. Biasanya, mama juga ikut
nimbrung, melepas lelah sehabis mempersiapkan menu buka puasa. Tak jarang
kedamaian kami terusik kala keponakanku datang yang kemudian langsung mengganti
channel TV menjadi kartun favoritnya.
Kalau sudah begitu, aku dan mama langsung memulai obrolan, tentang apapun
hingga sirine buka puasa terdengar. Kebetulan karena sudah H-3 lebaran,
percakapan kami pastinya akan lebih banyak membahas tentang segala persiapan dalam
menyambut hari kemenangan tersebut.
“Jadi
kita mau masak apa aja nih?” mama
memulai percakapan sore ini. “Rendang,
Ma…” sahutku. Sudah lama juga aku
nggak makan rendang buatan mama. Beliau memang sangat jarang memasak rendang.
Tahun lalu saja cuma sekali. “Mau
rendang apa? Telur? Daging? Ayam?” tanya mama lagi. Tanpa basa basi
langsung kujawab “Rendang belut………”.
Pilihanku bukan tanpa alasan. Selama berkuliah di
Bandung, hampir tak pernah aku menemukan yang namanya rendang belut, padahal
sudah mencari dari satu Rumah Makan Padang ke yang lainnya. Wajar sih, di
Sumatera Barat saja, rendang belut masih jarang dijual. Jadi, selagi ada
kesempatan, aku sampaikan saja keinginanku ke mama. Baiknya, mama menyetujui
itu dengan satu syarat. Akulah yang harus membeli semua bahan-bahannya. “Oke, deal”.
Rendang
Belut, Makanan Khas Tanah Datar
Sebagian besar dari teman-teman pasti belum tahu atau
mencoba yang namanya rendang belut. Jadi, aku ingin mengenalkan salah satu
makanan favorit tempat tinggalku ini kepada kalian semua. Sebenarnya, Sumatera
Barat memiliki banyak jenis rendang. Ada rendang daging sapi, rendang ayam, bebek,
telur, belut, kerang, dll. Sayangnya, hanya dua jenis rendang diawal yang
paling banyak dikenal. Padahal, jenis rendang yang lainnya nggak kalah enak
loh.
Rendang belut sendiri adalah jenis rendang yang sering ditemukan di daerah tempat tinggalku, yaitu Kabupaten Tanah Datar. Jenis rendang ini memiliki warna yang lebih pekat, bahan dan bumbu yang lebih kuat, serta proses memasak yang biasanya lebih lama. Salah satu alasan mengapa rendang belut tak banyak ditemui adalah karena susahnya mendapatkan belut yang enak untuk dibuat rendang serta masih banyaknya orang yang tak suka dengan belut.
Oh ya, belut sendiri adalah salah satu jenis ikan yang
secara fisik sedikit mirip dengan ular. Bedanya, ukuran belut biasanya lebih kecil
dan memiliki satu macam warna saja, hitam dengan sedikit putih di bagian perut.
Mama bilang belut itu ada dua macam, yaitu belut sungai dan belut sawah. Nah,
jenis belut yang enak untuk dibuat rendang adalah belut sawah. Selain dibuat
rendang, belut biasanya diolah dengan cara digoreng ‘masiak’ (kering, sedikit krispi) kemudian diberi sambal merah atau
hijau.
Belut Sawah (https://masfikr.com) |
Aku ingin mengenalkan lebih banyak lagi pada teman-teman. Jadi, ayo temani aku berbelanja bahan-bahannya. Setelah itu kita lihat mamaku memasaknya.
Ciri
Khas Rendang Belut
Ada beberapa perbedaan pastinya antara rendang belut
dengan rendang daging sapi yang biasa teman-teman makan. Seperti yang
sudah aku mention sebelumnya, rendang
belut memiliki warna yang lebih pekat, bahan dan bumbu yang lebih kuat, serta
proses memasak yang lebih lama.
Warna dari rendang belut adalah cokelat kehitaman.
Berbeda dari rendang daging sapi yang umumnya bewarna coklat biasa. Hal
tersebut karena rendang belut memiliki bahan yang lebih banyak, terlebih pada
jenis dedaunan yang digunakan. Selain itu, tesktur belut memang cocok untuk bumbu
rendang yang dimasak lebih kering.
Seperti yang teman-teman tau, belut adalah salah satu
jenis ikan, sehingga memiliki lendir dan bau yang amis. Untuk menghilangkan bau
dan rasa amis tersebut, diperlukan bumbu rendang yang lebih kuat daripada
rendang daging biasa. Untuk memasak rendang belut, diperlukan setidaknya 20
jenis bumbu dan dedaunan.
Rendang belut memiliki aroma yang khas dengan cita rasa asin dan pedas. Dedaunan yang digunakan pada rendang juga dapat dimakan. Rendang belut biasanya ditemukan pada acara pernikahan, sunatan, upacara turun mandi, dll di daerah Tanah Datar. Proses memasak rendang belut juga lebih lama karena bahan dan bumbu dimasak lebih kering serta belut yang harus digoreng ‘masiak’ terlebih dahulu.
Bahan-Bahan
Membuat Rendang Belut
Bahan untuk membuat rendang belut yang pertama
pastinya belut itu sendiri. Belut yang cocok dibuat rendang adalah jenis belut sawah. Belut merupakan salah satu sumber protein yang baik, bahkan memiliki
kandungan protein yang lebih banyak dari ikan.
Belut ditangkap menggunakan alat tradisional yang
bernama lukah, seperti perangkap yang
terbuat dari bahan dasar potongan bambu yang dipecah kecil-kecil kemudian
dibentuk sedemikian rupa dan diikat dengan tali serta diberi tempurung kelapa.
Selain ditangkap, ada pula orang yang melakukan usaha budi daya belut sehingga
lebih mudah menjangkau konsumen.
Lukah, alat penangkap belut (Kompasiana.com) |
Belut juga bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional. Akan tetapi, tak selalu ada karena belut memiliki musim untuk berkembang biak. Biasanya, para penjual belut akan ramai menjelang lebaran atau hari-hari besar. Aku kebetulan membeli belut di pasar dekat rumah. Harganya sekitar 70-80 ribu per kilonya.
Setelah belut, bahan-bahan lain yang diperlukan adalah kelapa, jahe, lengkuas, bawang merah, bawang putih,
ketumbar, garam, cabe merah, cabe rawit, dan beberapa macam daun-daunan.
Dedaunan inilah yang membantu untuk memperkaya rasa sekaligus menghilangkan
rasa amis pada belut. Karena banyaknya jenis daun yang digunakan, rendang belut
sampai dijuluki sebagai rendang 40 daun. Adapun daun yang diperlukan adalah
daun surian, daun asam batang, daun kantuik-kantuik,
daun kasambi, daun aka katidiang,
daun kapeh, daun asam kudo, daun aka baluik,
daun kunyit, daun salam, dan daun jeruk purut.
Kalian mungkin berpikir akan susah bagiku membeli
macam-macam daun tersebut. Untungnya, di pasar dekat rumahku, ada penjual yang
hanya khusus menjual dedaunan untuk membuat rendang. Mereka sudah membungkus
aneka macam dedaunan pada satu kantong plastik. Sehingga aku tidak perlu pusing
mencari daun tersebut satu-satu. Harga satu kantong dedaunan tersebut pun
sangat murah, hanya 10 ribu rupiah saja.
Semua bahan-bahan sudah kita dapatkan, ayo berikan ke
mama supaya bisa langsung dimasak.
Membuat
Rendang Belut
Secara garis besar, ada dua proses membuat rendang
belut, yaitu membuat bumbu rendang dan menggoreng belutnya.
Belut akan sangat enak dinikmati dengan tekstur yang
krispi. Oleh karena itu, belut harus digoreng terlebih dahulu. Sebelum itu,
belut dibersihkan untuk menghilangkan lendir yang ada. Kemudian belut
akan dijemur agar tekstur krispi yang diinginkan lebih mudah tercapai.
Biasanya, proses menjemur memerlukan waktu satu hingga dua hari. Tergantung
cuaca juga sih.
Setelah dikeringkan, belut baru digoreng kemudian
ditiriskan. Setelah itu, dilanjutkan dengan menggoreng kacang tanah yang
biasanya selalu dijadikan campuran pada rendang belut. Belut dan kacang yang
sudah digoreng dibiarkan dulu hingga tak terlalu panas. Kita lanjut membuat
bumbu rendangnya ya.
Belut digoreng 'masiak' (https://selerasa.com) |
Untuk mendapatkan rasa yang maksimal, bumbu rendang dimasak di kuali tradisional yang apinya berasal dari kayu bakar. Untuk 1 kg belut, diperlukan santan dari empat kelapa. Pertama-tama, masukkan santan dan bahan-bahan lain kecuali dedaunan. Aduk terus, jangan sampai santannya pecah. Proses memasak santan ini yang cukup lama. Tanganku lumayan pegal sih setelah terus-terusan mengaduk. Setelah cukup matang, masukkan aneka macam dedaunan yang sudah dibersihkan terlebih dahulu. Aduk lagi hingga seluruh bumbu matang dan bewarna coklat kehitaman. Kalau dipikir-pikir, tak susah loh membuat rendang. Asalkan bisa tahan mengaduk dan tahan akan kepulan asap dari kayu bakarnya.
Setelah matang, bumbu rendang dibiarkan sebentar. Selanjutnya, masukkan belut dan kacang yang sudah
digoreng kemudian aduk. Jadi deh rendang belut kita. Kali ini mama memasak 2 kg
belut sehingga diperlukan sekitar 4-6 jam untuk memasaknya.
Tapi, dijamin rasa lelah dan sakit mata setelah memasak akan
terbayarkan oleh rasa rendang belut yang luar biasa enak. Mama bilang
teman-teman nggak perlu takut untuk mencoba rendang belut, dijamin halal kok hehe.
Rasa amis dari belut pun sudah tak terasa lagi. Belut juga dipotong kecil-kecil
sebelum digoreng sehingga lebih mudah dinikmati. Pokoknya aku tunggu
teman-teman semua ya mencoba rendang belut khas daerahku. Dijamin ketagihan.
Universitas Esa Unggul, Jembatanku Mengenalkan Rendang Belut
Aku mungkin tak punya kesempatan untuk mengenalkan
makanan favorit daerahku kalau tak ada lomba blog yang diselenggarakan oleh
Universitas EsaUnggul. Jadi aku sangat berterima kasih akan wadah yang sudah
diberikan.
Universitas Esa Unggul (https://esaunggul.ac.id/) |
Bagi kalian yang belum tahu, Universitas EsaUnggul adalah salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terkemuka di Jakarta. UEU adalah Perguruan Tinggi yang merintis dan mempelopori pendirian Akademi Rekam Medik (ARM) dan Program Sarjana Terapan Fisioterapi pertama di Indonesia.
UEU memiliki 4 kampus yang tersebar di Jakarta,
Tangerang, dan Bekasi. Dengan luas sekitar 4,5 ha, UEU berkembang menjadi “Urban
Campus” yang menjadi kebanggaan masyarakat. Buat teman-teman SMA yang sedang
pusing mencari tempat melanjutkan pendidikan, UEU dapat menjadi pilihan yang tepat.
Ada banyak sekali program studi yang ditawarkan di UEU diantaranya Fakultas Desain & Industri Kreatif, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum, Ilmu Komunikasi, Ilmu Komputer, Fakultas Teknik, dll. Selain itu, karena lokasinya yang strategis, jadi akan lebih memudahkan teman-teman dalam mencari berbagai macam keperluan dan akses yang dibutuhkan. So, langsung aja cek website UEU nya ya di https://esaunggul.ac.id/ dan https://pendaftaran.esaunggul.ac.id/
Dari semua fakultas, aku sangat suka dengan Fakultas Teknik. Bagi teman-teman yang tertarik juga, dapat langsung berkunjung ke https://ft.esaunggul.ac.id/ ya.
#inikotaku #esaunggul
Note :
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang
diselenggarakan oleh Universitas Esa Unggul. Lomba blog bertemakan “Ini
Kebanggaan Kota Ku”. Artikel dipastikan tidak melanggar hukum dan memenuhi
persyaratan yang diberikan. Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan berkunjung
ke https://esaunggul.ac.id/kompetisi-blog/
Referensi :
Komentar
Posting Komentar