Sepucuk Surat untuk Hutan, Bumi, dan Diriku Sendiri di 50 Tahun yang Akan Datang

Dear My Self, My Forests & My Earth

Aku menulis surat ini di tahun 2021, dimana dunia masih harus dibayang-bayangi oleh pandemi Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan Virus Corona. Sudah lebih setahun pandemi ini terjadi. Menyebabkan jutaan orang terinfeksi bahkan tak sedikit yang meninggal. Adanya pandemi juga menyebabkan beberapa orang harus kehilangan pekerjaan dan mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Aku berharap, saat kamu (diriku di 50 tahun yang akan datang) membaca surat ini, pandemi virus corona benar-benar sudah hilang dari kehidupan kita. Tidak hanya itu, semoga juga tak ada pandemi-pandemi lainnya yang kemudian bermunculan. Semua orang dapat menikmati dan mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan baik.

Banyak yang tak menyadari bahwa kemunculan virus corona sangat erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan, khususnya ekosistem hutan. Dahulu, aku pun salah satunya. Sebuah publikasi ilmiah menyebutkan bahwa 60 persen EID (emerging infectious disease) berasal dari hewan dimana 70 persennya merupakan satwa liar. Virus corona adalah salah satu contoh dari patogen yang berasal dari hewan liar, dan dapat menular ke manusia. Pertanyaanya, kenapa hewan liar dapat melakukan kontak sangat mudah dengan kita ? Jawabannya karena disebabkan oleh kerusakan ekosistem alam dan perubahan aktivitas manusia. Deforestasi, perubahan industri pertanian, degradasi dan fragmentasi habitat yang terjadi secara tak langsung mendekatkan satwa liar pada manusia. Karena ekosistem satwa liar yang rusak, naluri bertahan hidup mengantarkan mereka untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman. Dimana lagi kalau bukan di pemukiman masyarakat.

Hutanku, yang seharusnya menjadi rumah bagi jutaan satwa dan tumbuhan, perlahan mulai rusak dan kehilangan fungsinya. Semuanya karena ketamakan kami, manusia. Hutan yang dulu rindang, sekarang mulai kering dan digantikan oleh industri dan pemukiman. Sampai aku menulis surat ini, masalah kerusakan hutan masih sering terjadi. Penebangan liar, kebakaran hutan dan eksploitasi berlebihan sekarang sudah tak asing lagi untuk didengar. Aku dan jutaan manusia lainnya sadar, bahwa apa yang kami lakukan itu salah. Terlebih saat dampak negatifnya mulai terasa, seperti banjir dan longsor, kekurangan air bersih hingga polusi udara. Tapi tak semuanya dari kami tergerak untuk mengubahnya. Maafkan aku hutan.

Bumiku, maafkan kami yang tak menghargai pemberianmu. Kami menghancurkan paru-parumu. Kami menyebabkan pemanasan global yang membuatmu semakin rusak. Tak mengherankan saat engkau marah atas apa yang kami lakukan. Maaf.

Selain permintaan maaf, melalui surat ini aku titipkan doa dan harapan yang besar untuk hutan, bumi, dan diriku sendiri. Semoga di 50 tahun yang akan datang, saat kamu membaca surat ini, apa yang aku harapkan sudah berubah menjadi kenyataan. Hutan, bumi, dan diriku sendiri akan sangat bahagia pastinya.

Untuk hutan. Aku yakin rindangmu akan kembali seperti dulu lagi. Menjadi rumah yang selayaknya bagi jutaan hewan dan tumbuhan. Menjadi ekosistem yang kaya akan sumber daya dan manfaat. Engkau kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Menjadi pemasok oksigen nomor satu di dunia. Menjadi tameng bagi polusi udara. Subur tanahmu menjadi berkat bagi seluruh alam. Pohon-pohonmu yang memiliki akar kuat mampu menyerap air tanah dengan baik sehingga mencegah terjadinya banjir. Juga mampu menopang tanah dan menahan laju air sehingga disaat musim penghujan tiba, erosi menjadi dapat dicegah. Keindahan dan kekayaanmu dapat kami nikmati dengan baik. Menjadi wisata edukasi dan tempat refreshing, terlebih bagi kami yang ingin melepas penat.

Untuk bumi. Semoga dengan kembali sehatnya paru-parumu, engkau dapat bernapas lebih lega. Menjadi tempat tinggal yang lebih layak lagi bagi kami dan generasi-generasi selanjutnya. Engkau menjadi lebih tenang karena bencana alam, cuaca ekstrim, dan pemanasan global sudah jauh berkurang. Semoga engkau tersenyum dan bahagia melihat kami dari atas sana.

 

Untuk diriku. Terimakasih sudah sadar dan mau bergerak untuk keselamatan lingkungan, khususnya hutan. Setiap langkah kecil yang kamu lakukan pastinya memberikan dampak positif bagi kesehatan hutan. Terimakasih sudah mau melakukan Adopsi Bibit Pohon dan Adopsi Pohon melalui ASRI. Terimakasih juga Alam Sehat Lestari sudah menjadi wadah yang tepat bagi setiap orang yang ingin mewujudkan niat mulianya menghidupkan kembali hutan. Bukan hanya mengadopsi, di ASRI aku bisa belajar lebih banyak tentang konservasi hutan, replikasi taman nasional, serta berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat, khususnya yang tinggal dekat dengan hutan. Semoga kamu (diriku) tak pernah puas dan selalu ingin memberikan usaha terbaik untuk kebaikan hutan, bumi, dan dirimu sendiri. 

Aku yakin akan lebih banyak manusia yang tergerak untuk membantu dalam melindungi hutan dan ekosistem di dalamnya.

Dengan Senyum yang Indah, 

Faris, 2021


*Surat ini diikut sertakan dalam lomba menulis blog yang diselenggarakan oleh Alam Sehat Lestari. Silahkan kunjungi ASRI melalui https://alamsehatlestari.org atau instagram ASRI di alamsehatlestari

Sumber Gambar :

https://www.instagram.com/alamsehatlestari/

https://pixabay.com/id/

Referensi Tulisan :

https://alamsehatlestari.org/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/

Komentar

Postingan Populer